Refleksi,  Uncategorized

Ketika salah satu nikmat Kau cabut

Pagi ini, Minggu, 2 Januari 2008.

Kembali saya mengalami kesulitan untuk sekedar menelan ludah. Entah ada apa di kerongkongan ini. Tampaknya sejenis amandel yang membandel. Sebenarnya kesulitan ini sudah saya rasakan semenjak dua hari yang lalu. Namun tampaknya pagi ini adalah puncaknya.

Menelan ludah. Suatu aktivitas yang begitu sederhana.

Namun ketika hal yang tampak begitu sederhana ini dicabut oleh Allah, kembali saya diingatkan, betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan. Nikmat-nikmat yang bahkan TANPA-SAYA-MINTA tetapi Allah berikan.

Saya tidak ingat untuk meminta agar denyut jantung saya normal setiap detiknya.

Saya tidak terpikir untuk meminta agar aliran darah ini berjalan lancar.

Saya juga tidak meminta agar Allah tetap meng-gratis-kan oksigen di udara.

Tapi Allah Ar-Razzaq, Yang Maha Pemberi Rizqi, telah sediakan itu semua..

Walau tidak jarang saya khilaf,

walau saya seringkali alpa,

walau saya kerapkali berbuat dosa.

Ya Allah, Ya Ghaffar, Yang Maha Pengampun..

Ampunilah hamba-Mu ini..

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *