Pangandaran, I’m in Love (Perjalanan ke Pangandaran – II)
Berikut ini adalah reportase seingat saya akan suatu petualangan seru bin nekat ke Pangandaran. Ini merupakan lanjutan dari tulisan sebelumnya, Rekor Tiba di BDG Malam Hari (Perjalanan ke Pangandaran – I). Dari Bandung, kami berempat berangkat sekitar pukul 6 pagi.
Sabtu, 15 Agustus 2009
Perjalanan menuju Pangandaran memakan waktu sekitar 6-7 jam. Kami berempat, yang tidak tahu jalan, hanya bermodalkan sebuah peta BDG-Pangandaran. Peta yang baru pada malam sebelumnya di-print. Peta ini inisiatif dari saya. Kebayang kalau saya ngga kepikiran mencari peta di internet, kami akan bertualang tanpa panduan sama sekali! Ckckck.. Ini teman2 perjalanan saya memang kelewat kurang perencanaan.
Hikmah 1, bawalah peta ketika melakukan perjalanan jauh.
Perjalanan itu sendiri menjadi bagian yang menyenangkan dalam petualangan ini. Kami hanya bermodal peta dan PD tanya sana-sini. Saya sangat menyenangi peran sebagai navigator. Dengan gaya sok-sok PD, menunjukkan arah belok yang akan diambil. Tentu dengan bantuan petunjuk peta, tanya penduduk, dan sedikit menggunakan insting.
Alhamdulillah.. Selama perjalanan tidak tersasar. Tapi hanya sempat berputar-putar di kota Tasik. Bingung sistem jalan satu arahnya. Seperti di Bandung saja.
Oh ya, sebelum sampai di daerah Nagrek, sempat ada masalah dengan ban mobil, sehingga kami harus merapat di pinggir jalan. Parahnya, Pipit tidak membawa peralatan mobil semacam obeng dan teman-temannya. Untung saya selalu membawa pisau lipat serba guna. Ada fitur obeng kembang yang Pipit gunakan.
Hikmah 2, siapkan perangkat untuk kondisi-kondisi darurat.
Begitu sampai di rumah mbah-nya Dian, di daerah Pangandaran, kami langsung shalat Dzuhur dan makan siang. Kami sampai disana sekitar pukul 13.30 WIB. Lalu kami istirahat sejenak menunggu waktu shalat Ashar. Nah, setelah kami shalat Ashar, kami langsung silaturrahim (hehe..) ke ratu pantai selatan alias : Pantai Pangandaran.
Suasana sore yang indah. Tidak begitu ramai. Karena memang bukan waktu liburan panjang ya. Tak ayal lagi, kami langsung bermain-main di tengah pasir. Yang awalnya jaim, cuma celingak-celinguk dan jeprat-jepret pemandangan sekitar. Lama kelamaan aksi kami makin menjadi. Mulai dari main air, buat tulis-tulisan, kejar-kejaran, hingga lelumpatan (baca : lelompatan) dengan ceria. Padahal kami belum sempat istirahat (tidur) setelah perjalanan panjang hari ini. Tapi antusiasme sepertinya membuat kami lupa akan segala lelah.
Ketika matahari tenggelam, kami pun pulang. Kali ini benar-benar istirahat. Tidur. Setelah sebelumnya asik melihat-lihat foto hasil jepretan kami.
Zzzz….
Minggu, 16 Agustus 2009
Pagi hari, jam6.30, kami berjalan dari rumah menuju pantai Pangandaran. Tentunya kami tak ingin melewati pemandangan matahari terbit disana. Ternyata pemandangan pagi hari tak kalah indah dengan pemandangan di sore hari.
Sinar matahari pagi yang kekuningan memantul di atas pasir. Membuat pemandangan menjadi cerah. Debur ombak, kicau burung, gerombolan anjing, dan ceria anak pantai yang sedang bermain menemani pagi kami di Pantai Pangandaran.
Setelah sinar matahari semakin terik, kami balik ke rumah untuk siap-siap berangkat ke GREEN CANYON!
Wah, Green Canyon inilah alasan terkuat mengapa saya mencetuskan ide bertualang ke Pangandaran. Ini tempat yang kata Aruna dalam blognya sebagai “surga dunia”.
Penasaran! Penasaran!
Jam 09.00 WIB. Kami berangkat menuju Green Canyon. Brum.. Brum..
Dengan petunjuk dari mbah-nya Dian, kami melaju. Semangat sangat!
Setiba di Green Canyon, kami sempat putus asa. Ternyata kami dapat nomor urut 180-an!!! JRENG!!!!
Ya ampun, padahal baru jam 09.30-an. Dan loket baru mulai buka jam07.00. Hiks.. Hiks.. Bakal dapat giliran jam berapa tuh? Padahal hari ini juga kami harus balik ke Bandung. Apa ngga jadi ke Green Canyon? Lah, kalau begitu sia-sia saja perjalanan ini.
Hikmah 3, pada hari libur, datanglah ke Green Canyon sebelum jam07.00 WIB.
Setelah berembuk, akhirnya kami memutuskan : beli saja dulu tiketnya. Nanti sekitar jam13.00-an, kembali kesini untuk memeriksa urutan, apakah sudah dipanggil. Batas toleransi sampai pukul 15.00. Jika jam 15.00 belum juga dipanggil, berarti memang rejekinya cuma sampai disini. Hiks.
Lalu kami berangkat ke Pantai Batu Karas. Pantai terdekat dari Green Canyon. Disini ombaknya lebih besar. Maka dari itu banyak bule yang main surfing disini. Kondisinya ramai. Mungkin karena hari Minggu dan siang hari. Kami berempat sudah tidak berhasrat untuk bermain basah-basahan. Selain lelah, stok baju terbatas! Hehe..
Shalat Dzuhur disini lalu makan bakso, minum air kelapa muda.
Pukul 13.00 WIB. Kembali ke Green Canyon. Berharap dapat giliran naik perahu.
Alhamdulillah… Ternyata urutan kami sudah lewat. Jadi kami tinggal naik ke kapal saja. Wah, sujud syukur deh kami berempat (tapi dalam hati). Karena langsung naik kapal, pengunjung yang lain jadi agak-agak sinis melihat kami berempat. Ah, sudahlah! Kali ini menggunakan jurus cuek saja.^^
Oh ya, ketika kami tiba. Tiket sudah terjual hingga nomor 230-an. Dan loket sudah tidak menerima pembelian tiket. Harga tiket = 70.ooo per kapal. Satu kapal maximal 5 pengunjung. Kalau mau berenang berlama-lama di Green Canyon, kudu tambah 100.000 rupiah per jamnya.
Satu kapal berenam. Kami berempat dan dua orang bapak pemandu kapal. Kami menelurusuri sungai. Di kanan dan kiri pepohonan dan semak. Seakan-akan berada di sungai Amazon saja. Dan dengar-dengar di sungai ini ada buayanya. Jadi saya sebetulnya menyimpan rasa ngeri dalam hati.
Tak lama, rasa-rasanya kami sudah mendekati lokasi Green Canyon. Saya bisa tahu karena sebelumnya sudah survei di dunia maya. Wah, saya pun semakin semangat dan mengatakan kepada teman-teman, “Hey! Sebentar lagi kita sampai loh!!!”
Pipit dan Sherly sedari tadi sudah takjub akan pemandangan sepanjang sungai dan berdzikir, “Subhanallah… Mba pucha, indah banget!”. Saya pun menyahut, “Wah, nanti bakalan lebih indah lagi loh!”. Kata mereka, “ah masa, mba?”. Saya bilang, “Beneran! Coba nanti lihat yaaa!”
Jreng! Jreng!
Saya melihat Green Canyon dari kejauhan. Lalu saya pun teriak kepada teman-teman, “Itu dia tempatnya!!!”. Wah, mereka langsung antusias dan bersorak-sorai. Tak lupa berdzikir, “subhanallah…”
Indah. Indah. Indah. Green Canyon memang indah sekali! Air yang hijau. Bebatuan yang hitam. Tebing yang mengalir air di atasnya. Curahan air dari atas dan sinar matahari yang menerobos masuk. Ah, sulit rasanya untuk mendeskripsikan keindahan itu dengan kata.
Saat itu kondisi ramai. Dan kami tak punya banyak waktu disana. Cuma sempat jeprat-jepret beberapa kali. Terbengong-bengong beberapa menit. Lalu kembali ke titik keberangkatan.
Hufff… Masih kepingin kesana!
Pukul 15.00. Tiba di Pantai Pangandaran. Menyusuri pantai, mencari rumah makan seafood. Alhamdulillah, ketemu satu yang di dekat masjid. Jadi bisa shalat Ashar di masjid. Nah, setelah shalat Ashar, pesanan kami sudah matang. Hmmm.. Laparnyaa…
Pukul 17.00. Berangkat dari Pangandaran menuju Bandung. Kali ini perjalanan lebih mudah. Kami tak butuh lagi peta. Karena petunjuk jalan sudah sangat jelas memberikan arahan untuk pengemudi yang ingin ke Bandung. Alhamdulillah..
Sekitar pukul 22.30, setelah beberapa kali saya desak, akhirnya Pipit berhenti untuk istirahat sejenak. Pipit ini luar biasa kuat mengemudi sepanjang jalan. Hanya Pipit yang bisa mengemudi, jadi tidak ada yang bisa menggantikan posisinya.
30 menit beristirahat(tidur), lalu kami berangkat lagi. Setelah masuk jalan tol, Pipit melaju mobil hingga 180 Km/jam. Saya yang duduk di depan akhirnya merem dan tidur saja. Seram sekali pemandangan di luar. Rasanya mobil ini melayang ketika berbelok.
Sekitar jam00.30, kami sampai di Asrama Putri IT Telkom. Alhamdulillah.. Begitu sampai, tak sempat kami mengeluarkan barang-barang dari dalam mobil. Kami kelelahan. Jadi kami langsung menuju kasur masing-masing dan tertidur. Padahal tidak satu pun diantara kami yang sudah makan malam.
Kesimpulan :
Pangandaran merupakan lokasi yang dipenuhi dengan objek wisata alam. Ada banyak objek yang tidak sempat kami kunjungi karena keterbatasan waktu. 🙁 Kapan ya bisa kesana lagi? Saya masih mau ke Green Canyon lagi!!! \(^0^)/
[adinserter block=”1″]