2015,  Daily Life,  Hikmah,  Refleksi

Ketika Teguran Datang Segera

Ketika teman-teman memiliki kebiasaan baik. Lalu suatu waktu, perbuatan tersebut tidak dilakukan. Lalu ada orang yang menegurmu, disaat banyak orang yang berbuat hal yang salah namun tidak pernah ditegur…
Apa yang teman-teman rasakan?
Apakah dalam hati bersungut,

orang lain aja biasa gitu.. giliran gw, pake ditegur segala!

Hari itu..
Saya mengalami kejadian yang hampir serupa. Kejadian seperti apa? Mari disimak dalam tulisan berikut ini.


Hari ini, dalam perjalanan menuju Bogor. Untuk tujuan pekerjaan.

Perjalanan menuju Bogor lebih menyenangkan dibandingkan perjalanan menuju kantor yang berlokasi di daerah Jakarta Pusat. Karena kalau ke Bogor, Saya cukup naik bus dari Pasar Jumat, lalu duduk manis selama 1 jam, maka tibalah Saya di Terminal Baranangsiang, Bogor.

Sungguh jauh berbeda dengan perjalanan ke Jakarta Pusat dari kawasan Tangerang Selatan ; berdiri di bus yang penuh selama 1,5 jam, itupun jika naik bus antara jam 06.00-06.20. Lewat dari itu, pada kondisi normal, waktu tempuhnya lebih dari 1,5 jam. Itu pun masih perlu menyambung bus. Perjalanan pulang kurang lebih sama hebohnya, walaupun beda moda akomodasi, yaitu naik kereta commuter line.

Seperti biasa, untuk mengisi waktu dalam perjalanan, Saya membawa majalah yang kebetulan baru kemarin dibeli, air minum, dan roti untuk cemilan di jalan. Menunggu hampir 45 menit di pinggir jalan hingga bus datang. Namun begitu, perjalanan lancar, alhamdulillah..

Selama 1 jam Saya berada di dalam bus. Sempat membaca, beraktivitas dg hp, minum, makan, dll. Rasa kantuk sempat menyerang. Tapi sayang.. Bus sudah hampir tiba di Bogor. Batal lah rencana bobo cantik. Hehe..

Ketika mau turun bus, bungkus roti yang sudah tak berisi tidak Saya bawa. Karena Saya tidak ada plastik kosong dan ukuran bungkus roti tersebut lumayan besar untuk dimasukkan ke dalam kantong. Entah semenjak kapan, Saya membiasakan diri membawa sampah pribadi di kantong baju/jaket/tas untuk kemudian dimasukkan ke dalam tempat sampah. Diusahakan seperti itu, insyaaAllah.. 

TAPI KALI INI..
Entah mengapa..
Apa mungkin Saya lelah.. (Hehe..)

Saya berpikir untuk meninggalkan sampah tersebut di dalam bus. Bukan dibuang di bawah bangku loh.. Tapi diletakkan di atas kursi agar mudah ditemukan dan dibersihkan oleh petugas. Masih lumayan kan ya.. Daripada dibuang sembarangan. (baca: membuat pembelaan)

Lalu Saya pun perlahan berdiri dari bangku menuju lorong bus untuk kemudian turun. Berdiri perlahan sambil melirik ke bungkus roti di atas bangku. Ada sedikit rasa ragu yang terselip. Namun kembali melihat ukurannya, dan meyakinkan diri,

Sudah, ngga apa-apa ditinggal.. Toh nanti mudah ditemukan untuk dibersihkan oleh petugas.

Akhirnya Saya pun melangkah menyusuri lorong bus menuju pintu keluar bus. Penumpang mengantri untuk keluar dari bus. Di depan Saya persis ada seorang Bapak. Separuh baya, mungkin sekitar 35-40 tahun usianya. Berpakaian kaos lengan panjang dan celana panjang ala pendaki gunung. Sepertinya Bapak ini punya hobi naik gunung. Tepat di samping tempat duduk supir tergeletak satu sampah permen yang berwarna kuning-merah.

Yang terjadi sedetik kemudian adalah sebab musabab tulisan ini tertuangkan..

Apa yang terjadi sedetik kemudian?

Sedetik kemudian Bapak itu berhenti berjalan, menunduk, lalu memungut sampah permen itu.

DEG!

Dunia serasa terhenti sejenak.

Dari sekian banyak kejadian orang membuang sampah sembarangan dan terlihat tidak merasa bersalah. Lalu mengapa kejadian ini terjadi di depan Saya, yang justru tidak terbiasa membuang sampah sembarangan. Mengapaaa…? (dramatis)

Entah.. Apa mungkin karena Bapak itu merasa diperhatikan, Bapak itu pun menoleh ke belakang.

Malu sekali rasanya. Seakan-akan Bapak itu tahu apa yang baru saja Saya lakukan.

Saya pun kemudian berjalan dengan langkah yang berat. Berusaha memahami apa yang terjadi. Berusaha mengambil hikmah dari kejadian ini.

Ada rasa ingin protes.
Ada rasa ingin membela diri.
Namun dibalik itu semua, tetap saja..
Saya merasa bersalah.

Dan setelah Saya pikir-pikir.. Setelah Saya dapat berpikir dengan lebih jernih..
Saya mensyukuri peringatan yang datang segera ini. Karena dengan itulah Saya langsung dapat mengoreksi diri. Mencoba untuk menjadi lebih baik.

Semoga peringatan yang datang segera, merupakan salah satu bentuk rasa sayang Allah SWT kepada diri kita.
Agar kita tidak terbuai dalam perbuatan yang tidak disukai Allah..
Semoga Allah senantiasa memberikan kita hati yang peka, yang mampu menangkap sinyal-sinyal peringatan kecil dari Allah.
Karena…
Karena peringatan besar itu datang akibat peringatan-peringatan kecil yang kita abaikan.
Na’udzubillahi min dzalik..

Hal kecil yang dapat kita lakukan : membuang sampah pada tempatnya
Hal kecil yang dapat kita lakukan : membuang sampah pada tempatnya

0 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *