Persaingan Antar Saudara dan Cara Mengatasinya
Persaingan antar saudara di masa kecil jika dibiarkan maka membuat hubungan menjadi renggang ketika mereka dewasa.
– aku –
Pusing mendengar anak-anak selalu berselisih memperebutkan sesuatu? Untuk para ortu dengan anak yang usianya berdekatan (seperti saya) pastinya hampir setiap hari menghadapi hal ini. Rasanya damaaai sekali jika melihat anak-anak akur, walaupun hanya beberapa menit. Hehee..
Mengharapkan seiring usia mereka akan akur? Boleh-boleh saja. Tapi seiring usia, belum tentu anak-anak bisa makin akur. Persaingan antar saudara jika dibiarkan maka akan membuat hubungan mereka menjadi renggang ketika dewasa.
Nah, apa saja yang dapat kita lakukan sebagai orang tua?
Menyadari Kecenderungan Untuk Lebih Menyayangi Salah Satu Anak (Favoritisme)
Pertama-tama, kita harus mengakui jika kita memiliki kecenderungan untuk lebih menyayangi salah satu dari anak-anak kita (favoritisme). Karena hal itu wajar. Kita bisa, secara tidak sadar, lebih menfavoritkan salah satu anak karena beberapa alasan.
Diantara alasan kita memfavoritkan salah satu anak adalah karena kesamaan urutan kelahiran, misalnya sama-sama anak pertama. Lalu bisa juga karena kesamaan jenis kelamin atau pun kesamaan temperamen. Kita bisa juga memfavoritkan anak yang memiliki karakter lebih mudah diatur. Atau bisa juga kita memfavoritkan anak yang kita anggap memiliki kekurangan.
Kenapa kita perlu menyadari dan mengakui hal ini? Karena favoritisme tersebut mempengaruhi kita dalam mengambil jalan keluar setiap kali muncul konflik diantara anak-anak. Seringnya kita cenderung “memenangkan” anak yang paling kita sayangi. Betul apa betul?
Berhenti Membanding-bandingkan Anak
Nah yang ini sulit (lagi) ya. Karena memang besar banget godaan untuk membanding-bandingkan anak-anak. Ya.. walaupun maksud kita untuk mencontohkan hal yang baik. Misalnya, dengan mengatakan “nah contoh Ilyas, nilainya bagus karena Ilyas rajin belajar”. Atau, “Kakak bisa makan dengan tenang, bagus banget. Adik klo bisa fokus, bisa juga seperti kakak”.
Terdengar wajar kah ucapan-ucapan tadi? mungkin maksud kita untuk memotivasi. Tapi ternyata malah bikin anak-anak makin renggang. Kenapa? Karena yang dipuji jadi merasa ngga nyaman, yang dinasehati jadi sebal dengan yang dipuji.
Mengajarkan Anak Kemampuan Berkomunikasi Dengan Baik
Ajarkan anak cara untuk menyampaikan perasaannya. Termasuk mengutarakan ide dan usulan dengan baik. Agar anak bisa menyampaikan, “Ardan, main di luar aja yuk. Seru loh nanti bisa lari-larian” daripada sekedar menarik tangan adiknya sambil berkata, “Ardan, sini!”
Meningkatkan Kemampuan Emosional Anak
Agar anak tidak melampiaskan marah atau sebalnya kepada orang lain, kepada saudaranya di rumah. Akan sering anak mengalami kesulitan di luar rumah, misalnya mendapatkan perkataan yang tidak baik dari teman sekolahnya. Ia pun marah. Dan membawa kemarahan tersebut di rumah kepada adik-kakak dan orang tuanya. Hal ini bisa dicegah dengan berkomunikasi dari hati ke hati kepada anak untuk dapat mengetahui apa yang terjadi. Dan memberikan pemahaman bahwa, ketidaksenangan kita terhadap seseorang atau lingkungan di luar tidak boleh dilampiaskan kepada orang lain, termasuk anggota keluarga.
Mencontohkan Hubungan Yang Baik Dengan Saudara Kandung
Sebagai orang tua kita perlu mencontohkan hubungan yang baik dengan saudara kandung kita. Jangan mengatakan hal yang kurang baik tentang saudara kandung kita di depan anak-anak kita. Karena anak-anak akan meniru apa yang mereka lihat. Hanya katakan dan lakukan hal-hal yang baik tentang saudara kandung kita, terutama di depan anak-anak kita.
Mempertimbangkan Usia Anak
Kematangan emosi di tiap usia akan meningkat, jika kita latih. Mengapa kita perlu mengetahui psikologi anak di tiap tahapan usia? Agar kita tidak berharap terlalu tinggi, di luar kemampuan anak. Yang ujung-ujungnya membuat kita stress sendiri.
Membantu Penyelesaian Konflik Jika Dibutuhkan
Tidak semua konflik antar anak kita perlu kita bantu penyelesaiannya. Mereka juga perlu dilatih untuk menyelesaikan konflik. Namun memang ada saatnya kita perlu turun tangan. Ketahui tipe-tipe konflik pada tulisan berikut.
Membuat family goals, nilai-nilai, dan aturan keluarga
Apa nilai-nilai dan aturan di keluarga? Sepakati dengan pasangan, lalu secara konsisten diterapkan di rumah. Misalkan di rumah kami, kebiasaan meminta maaf, berterima kasih, dan meminta tolong dengan baik. Ketiganya beruuulang ulang kali disampaikan kepada anak-anak. Ya namanya juga anak-anak, sering lupa. Peran orang tua memberi contoh dan tidak bosan mengingatkan anak-anak. Walau memang terkadang terasa capek dan melelahkan yaaaaa….
Bagaimana? Lumayan banyak ya PR kita sebagai orang tua untuk mengakurkan anak-anak kita. Tetap semangat! Memang tidak mudah untuk menghentikan persaingan antar saudara ini. Tapi insyaaAllah diujungnya nanti berbuah manis.
Jika teman-teman punya tips dan trik lainnya yang bermanfaat, boleh dong dituliskan di bagian komentar di bawah tulisan ini.