Kenapa Saya Suka “Analogi”?
Hoho..
Dengan analogi, hal yang rumit bisa dipahami dalam waktu singkat, dalam kesederhanaan kata. Seringkali orang lain tidak perlu mengetahui detailnya, tetapi cukup mengetahui inti permasalahannya.
Misalkan, pada suatu hari, etek (panggilan “tante” di sumatera barat) saya bertanya kepada saya :
“put, kenapa sih kamu sering banget pake’ komputer? emangnya penting banget ya?”
Jika kamu anak jurusan informatika (IF) ataupun komputer, pasti tahu jawabannya. Lalu bagaimanakah kamu akan menjawabnya?
Mendengar pertanyaan etek, saya pun berpikir sejenak : “hm..bagaimana cara menjelaskannya ya? yang singkat dan sederhana serta dapat dimengerti tanpa ada pertanyaan-pertanyaan selanjutnya.” Jawaban yang akan mencetuskan pemahaman dan kata “Oh,gitu…”
Bisa saja saya jawab dengan menjelaskan dari hulu ke hilir mengenai pekerjaan anak IF, keterkaitannya dengan komputer, belum lagi ketergantungan akan dunia maya, bla..bla..bla.. Tapi, apa etek saya tidak jadi semaput ya? Jadi pusing? Saya juga (sungguh) capek menjelaskan seperti itu. Walau mungkin bisa jadi akan tampak keren. (eh, iya ngga sih?)
Entah ide dari mana, tiba-tiba muncul sebuah analogi untuk menjawabnya, yaitu :
“yah.. seperti dokter dengan pasiennya aja, etek.”
Lalu etek pun berkata, “oh, iya ya!”
Beres, deh! Sederhana, kan!
Jadi bagi saya analogi merupakan suatu alternatif cara menjelaskan berbagai hal yang abstrak. Berbagai hal menjadi rumit karena dibahasakan dengan bahasa teknik ataupun konsep-konsep yang melangit.
Tapi memang, pemilihan analogi pun harus tepat. Karena jika salah memilih analogi, maka pemahaman yang didapat pun akan menyimpang dari tujuan. Itulah seni ber-analogi.
Jadi, selamat ber-analogi! Saya harap kita bisa saling berbagi analogi.
Kalau bisa di-sederhana-kan, kenapa perlu di-per-rumit?
Keep It Simple, Smart! (KISS*) And everyone gonna be happy. ^^
* biasanya orang menggunakan KISS = “Keep It Simple, Stupid!“. Tapi karena perkataan adalah doa, jadi diganti “Keep It Simple, Smart!”.
0 Comments
Wirawan Winarto
meski begitu
yg namanya analogi itu ada batasnya. 🙂
ntar kalo ditanya, dokter kan ngobrol sama pasiennya… apa kamu ngobrol juga sama komputermu? dokter kan dibayar pasiennya, apa kamu dibayar juga sama komputermu? dan sebangsanya. ehhehe…
bijakfajar
klo ana logi, antum apa???
btw,selain dengan analogi, kita juga bisa menggunakan definisi, asosiasi, persepsi, dan filosofi…
yang paling bagus yang mana???
ya, yang paling sesuai dengan kondisi pastinya…istilahnya, berbahasalah seperti bahasa kaummu…
putrichairina
@Wirawan
Sepakat. Analogi memang ada batasnya.
@Bijak
Ada lagi : peribahasa.
emfajar
bagus juga tuh analoginya..