Daily Life,  Tips

Tips Melakukan Perjalanan Dinas Bersama Anak

Salam hangat

Sebagai ibu bekerja dengan dua orang anak terkadang terbersit keinginan untuk membawa anak dalam perjalanan yang terkait dengan pekerjaan. Bahasa kerennya : business trip. Hehe..

Alhamdulilah.. Pecah telor akhirnya berhasil membawa anak pertama, Khairil, yang berusia 5 tahun dalam perjalanan dinas ke Semarang yang kemudian dilanjutkan ke Yogya.

Ada berbagai alasan mengapa seorang ibu bekerja membawa anaknya tanpa pengasuh. Bisa jadi karena menginginkan quality-time dengan anak yang sehari-hari sering ditinggal bekerja. Atau karena budget yang terbatas. Ataupun karena tidak ada pilihan selain membawa anak turut serta (tidak ada yang mengasuh anak di rumah). Nah, tidak membawa pengasuh-anak dalam acara dinas ini artinya anak akan selalu turut serta dalam kegiatan kita. Termasuk ikut berada dalam ruangan rapat atau pertemuan. Karena itu perlu diperhatikan beberapa hal / tips berikut ini agar pekerjaan lancar dan anak tetap senang.

1. Ketahui Keseluruhan Jadwal dan Lokasi Kegiatan

Hal ini sangat penting agar kita dapat mengatur strategi selama bersama anak. Berapa lama perkiraan perjalanan di udara? Berapa lama perkiraan perjalanan di darat? Dari perkiraan waktu ini kita bisa menyiapkan amunisi untuk anak. Diantaranya mainan, makanan, dan minuman.

Ketahui jadwal rapat, kapan saja waktu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam? Apakah disediakan cemilan di sela-sela waktu makan? Kapan waktu yang pas untuk tidur siang (jika memungkinkan).

2. Pertimbangkan Kembali Keuntungan yang Akan Didapat dan Kendala yang Mungkin Akan Dihadapi

Sebelum memutuskan untuk membawa serta anak ke dalam kegiatan kantor sebaiknya dipertimbangkan terlebih dahulu positif-negatif nya. Menurut Saya kelebihan membawa anak dalam perjalanan dinas adalah menambah kedekatan dengan anak dan menciptakan momen yang berkesan untuk anak. Negatifnya (mungkin lebih tepatnya tantangannya ya..) adalah kita harus ekstra tenaga karena kali ini kita tidak hanya menjalankan tugas namun juga mengasuh anak.

Pertimbangkan juga tipe dan intensitas kegiatan kantor yang diadakan. Jika agenda rapat diperkirakan cukup intens dimana kita harus lebih fokus memperhatikan dan aktif dalam diskusi maka sebaiknya tidak membawa anak dalam kegiatan tersebut. Saya sendiri membawa anak jika memang agenda perjalannya tidak terlalu serius seperti employee gathering atau workshop yang diselingi dengan kegiatan kebersamaan.

Lalu pertimbangkan pula tingkat kematangan anak. Apakah anak sudah bisa menuruti arahan untuk duduk dan tidak berisik? Apa anak sudah bisa bermain sendiri dengan menggambar, mewarnai, atau bermain/nonton laptop?

Dan jangan lupa pertimbangkan pengeluaran yang akan muncul. Misalnya pembelian tiket, kamar hotel, makan, dan lain sebagainya.

3. Beritahu Rekan Kerja dan Penyelenggara Kegiatan

Memberitahu rekan kerja dan penyelenggara kegiatan bahwa kita akan membawa serta anak sangatlah penting. Karena kita bisa melihat respon dari rekan kerja dan penyelenggara kegiatan. Terutama untuk penyelenggara kegiatan. Karena kita akan banyak merepotkan dan meminta pemakluman nanti dalam penyelenggaraan kegiatan. Misalnya meminta upgrade kamar yang awalnya berdua dengan rekan kerja menjadi sendirian. Lalu izin sewaktu-waktu tidak bisa mengikuti keseluruhan rangkaian kegiatan.

4. Ketahui Kebiasaan, Aktivitas, dan Makanan Favorit Anak

Menjaga mood anak agar tetap happy sangat penting. Salah satu hal yang sangat mempengaruhi adalah kondisi lapar atau kenyang. Ketika anak dalam kondisi lapar, level kerewelannya akan meningkat. Uring-uringan.. Semua serba salah.. Sumbernya dari rasa lapar. Karena itu perlu dipersiapkan amunisi untuk makanan dan cemilan favorit anak. Hal ini untuk mencegah anak kelaparan ditengah-tengah perjalanan ataupun kegiatan. Anak Saya biasanya sangat suka roti coklat dan roti tiramisu. Jadi dua cemilan ini menjadi wajib ada di tas anak untuk kondisi darurat.

Selain makanan perlu juga mempersiapkan mainan favorit anak. Saya biasanya mempersilahkan anak Saya untuk memilih sendiri mainan yang ingin ia bawa. Tentunya harus mempertimbangkan ukuran dari mainan tersebut. Mainan harus muat di dalam tas anak.

Oh ya, tentang tas anak.. Perlu disediakan tas khusus untuk segala perlengkapan darurat anak yang berisi : satu atau dua pasang pakaian ganti, makanan/cemilan, minuman, serta mainan anak. Anak Saya sudah terbiasa untuk membawa tas ranselnya sendiri ke sekolah sehingga dia tidak keberatan untuk membawa-bawa tas sendiri sepanjang perjalanan. Tentunya selama berat tas masih dalam kondisi normal untuknya yaaa… Biasanya yang membuat berat itu botol minum. Jika diperlukan, botol air minum dipindahkan saja. Membawa tas ransel sendiri merupakan salah satu cara untuk melatih anak agar lebih mandiri loh..

5. Bersabar dan Banyak Mengalah

Nah, ini yang terakhir tapi yang MAHA PENTING. Hihihiii…

Sepanjang perjalanan akan ada banyak hal yang diluar harapan dan perencanaan kita. Agenda kegiatan yang diluar perencanaan. Kendala dalam perjalanan seperti macet, kendaraan mogok, dsb. Mood anak yang kurang baik karena lapar ataupun lelah. Kesemuannya itu perlu dihadapi dengan KESABARAN. Terutama menghadapi tingkah polah anak. Dalam banyak kondisi, Saya harus mengalah untuk menjaga mood nya. Diantaranya ada kebiasaan anak Saya yang tidak suka jika Saya ikut foto-foto bareng yang rame-rame. Atau tiba-tiba ia menarik diri dari keramaian dan memilih untuk eksplorasi daerah yang tidak ada orang yang ia tidak kenal. Hal itu menurut Saya wajar saja.. Karena ia memang bertemu dengan wajah-wajah yang masih asing. Jadi jalan terbaik adalah mengalah.

Berdasarkan pengalaman dua kali membawa anak dalam kegiatan kantor Saya mendapati antusiasme diantara rekan kerja Saya. Mungkin karena jadi ada hiburan yang lucu. Mungkin juga para orang tua menjadi teringat akan anak mereka. Rekan kerja yang berusia muda pun sangat membantu dengan mengajak anak Saya bercanda dan bermain.

Pengalaman yang berkesan dan menyenangkan. Walaupun tentunya melelahkan bagi Saya. Hehe..

Yang paling membuat senang adalah ketika Khairil menyatakan “senang ikut kerja bareng Bunda”.

 

 

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *